Om Svastyastu, Om Anobadrah Krtavo Yantu Visvatah — Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama Hindu yang menganut ajaran pustaka Suci Weda yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi mempunyai kerangka yang terdiri dari Tatwa (filsafat), Susila (etika), dan Upacara (ritual). Ketiga hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Filsafat, etika dan upacara harus dipahami, dihayati, dan dilaksanakan agar tujuan agama Hindu bisa tercapai. Hari raya Nyepi salah satu hari raya besar umat Hindu di Bali, filsafat (tattwa) dan susila (etika) yang menjadi acuan semua upacara hari raya Hindu di Bali. Nilai-nilai budaya Hindu yang diakui di dalam upacara yadnya termasuk upacara yadnya pada hari raya Nyepi merupakan suatu kekuatan spiritual yang dapat membentuk jati diri umat sebagai wahana pengendalian diri dan dapat sebagai penguat integrasi umat manusia dalam arti yang sangat universal.

Umat Hindu di Bali merayakan upacara pergantian tahun Saka (sistem penanggalan umat Hindu) tidak seperti halnya pergantian tahun masehi yang dilaksanakan dengan berpesta pora, perayaan pergantian tahun Saka justru dilaksankan dengan sunyi dan damai. Perayaan ini disebut dengan Nyepi. Sesuai dengan arti katanya, Nyepi berarti kegiatan yang dilakukan dengan sepi. Pada saat hari raya Nyepi, umat Hindu di Bali melaksanakan Catur Brata Penyepian atau Empat Pantangan yang Harus Dilakukan, sehingga suasana pulau Bali pada saat Nyepi benar-benar sunyi bagaikan kota mati.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas dalam paper ini adalah :

  1. Apa pengertian hari raya Nyepi ?
  2. Apa manfaat perayaan Nyepi ?
  3. Bagaimana aplikasi ajaran Tri Hita Karana dalam perayaan Nyepi?

1.3. Tujuan

Tujuan umum:

  1. Penulis dapat menyelesaikan paper

Tujuan khusus:

  1. Untuk mengetahui pengertian hari raya Nyepi.
  2. Untuk mengetahui manfaat perayaan Nyepi.
  3. Untuk mengetahui aplikasi ajaran Tri Hita Karana dalam perayaan Nyepi.

1.4. Manfaat

Manfaat teoritis:

  1. Dapat mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa tentang hari raya Nyepi.

Manfaat praktis:

  1. Meningkatkan wawasan pengetahuan mahasiswa.
  2. Lebih meingkatkan daya kreativitas dalam membuat sebuah paper.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hari Raya Nyepi

Banyak kalangan lain melihat keunikan tersendiri bagi umat Hindu Nusantara merayakan Tahun Barunya. Umat lain merayakannya dengan kemeriahan, pesta makan-minum, pakaian baru, dan sebagainya. Umat Hindu, justru di Tahun Baru Saka yang dimulai sejak 78 Masehi tepatnya jatuh pada “Penanggal Ping Pisan Sasih Kadasa” menurut sistem kalender Hindu Nusantara, yaitu di saat “Uttarayana” (hari pertama matahari dari katulistiwa menuju ke garis peredaran di lintang utara), merayakannya dengan sepi yang kemudian bernama “Nyepi” berasal dari kata sepi yang artinya membuat suasana hening. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Nyepi dimulai pada pukul 6 pagi setelah malam Pengerupukan dan berlangsung hingga pukul 6 pagi keesokan harinya. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia atau microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta atau macrocosmos).

Di hari raya Nyepi umat Hindu melakukan tapa, berata, yoga, samadhi untuk mengadakan koreksi total pada diri sendiri, serta menilai pelaksanaan Tri Kaya Parisudha yaitu kayika (perbuatan), wacika (perkataan), manacika (pikiran) di masa lampau, kemudian merencanakan Tri Kaya Parisudha di masa depan. Di hari itu pula umat Hindu mengevaluasi dirinya, sudah seberapa jauhkah tingkat pendakian rohani yang telah dicapainya, dan sudahkah masing-masing dari kita mengerti pada hakekat tujuan hidup di dunia ini.

2.2. Manfaat Perayaan Nyepi

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa umat Hindu merayakan pergantian tahun baru saka dengan menciptakan suasana hening yang berujuan untuk merenungkan aktivitas yang selama ini kita jalani atau introspeksi diri agar mampu mengendalikan diri dalam kurun waktu 24 jam atau satu hari. Pada saat hari raya Nyepi umat Hindu melaksakan Catur Berata Penyepian yaitu empat pedoman yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh umat Hindu sebagai wujud pengendalian diri dan mawas diri keempat pedoman tersebut adalah amati Geni, amati Lelanguan, Amati karya, dan Amati lelungaan.

  1. Amati Geni

Amati geni mempunyai makna ganda yaitu tidak melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan menghidupkan api. Disamping itu juga merupakan upaya mengendalikan sikap prilaku agar tidak dipengaruhi oleh api amarah (kroda) dan loba (serakah). Menurut Tattwa Hindu (filsafat) yang memaknai simbol Geni tidak disimbolkan sebagai kekuatan dewa Brahma yang sebagai pencipta. Penciptaan yang terkait dengan hasil pemikiran seseorang disini perlunya diadakan perenungan, apakah kita sudah menghasilkan pemikiran untuk kebaikan umat ataukah sebaliknya. Pelaksanaan amati Geni merupakan suatu simbol pengendalian diri seseorang dalam bersikap dan berprilaku.

  1. Amati Lelanguan

Amati Lelanguan yang dimaksud merupakan kegiatan seseorang untuk mulat sarira atau rnawas diri terhadap kegiatan yang berkaitan dengan wacika. Wacika adalah perkataan yang benar yang dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan Tuhan sudah dilaksanakan atau belum. Perkataan (wacika) yang diparisudha yang patut dipahami dan menata sikap prilaku seseorang agar hidup ini aman dan bahagia.

  1. Amati Karya

Amati Karya sebagai etika Nyepi yang bermaknakan sebagai evoluasi diri dalam kaitan dengan karya (kerja) merenung hasil kerja dalam setahun dan sebelumnya sudahkah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Amati karya bermakna ganda yang artinya tidak bekerja dan dimaknai sebagai kesempatan untuk mengevaluasi kerja kita apakah aktivitas kerja itu sudah berlandaskan dharma atau sebaliknya. Kerja yang baik (subha karma) dapat menolong manusia untuk menolong dirinya dari penderitaan. Kerja juga menyebabkan terjadinya Jagadhita dan merupakan tabungan moral bagi umat Hindu agar bekerja lebih gigih, tekun dan produktif. Berdasarkan uraian diatas ajaran suci Hindu memandang bahwa kerja sebagai yadnya dan titah Hyang Widhi.

  1. Amati Lelungaan

Amati lelungaan berfungsi sebagai evaluasi diri dan sebagai sumber pengendalian diri. Amati lelungaan berarti menghentikan bepergian ke luar rumah, maka pada saat hari raya Nyepi, jalan raya sangat sepi. Dalam konteks yang lebih luas hal itu berarti suatu evaluasi diri. Evaluasi kerja hubungan dengan Tuhan, evaluasi kerja hubungan dengan sesama dan hubungan kerja dengan alam sekitar apakah hubungan tersebut sudah baik atau belum, sehingga kita dapat menilai hasil kerja kita. Diharapkan agar lebih memantapkan kualitas kerja untuk kualitas hidup manusia.

Dari keempat Catur Brata Penyepian tersebut memiliki sangat manfaat baik untuk diri sendiri dan alam yang bisa kita rasakan sendiri yaitu :

  1. Hemat Listrik

Umat Hindu tidak menyalakan lampu selama 24 jam. Berdasarkan perhitungan PLN, di tahun 2012 misalnya, realisasi KWH yang berhasil dihemat selama 24 jam di Bali saja mencapai 1,125,719 KWH, setara dengan 4.71 miliar Rupiah.

  1. Istirahatkan Mata

Aktivitas yang banyak dilakukan di malam hari umumnya nonton televisi atau di depan laptop atau tablet. Pendaran cahaya lampu yang terus-menerus masuk ke mata membuat mata lelah. Jika biasanya selalu ada lampu rumah yang masih menyala di malam hari, pada saat Nyepi semua lampu dimatikan total, tanpa terkecuali, mata dipaksa untuk istirahat.

  1. Istirahatkan Tubuh

Sel mengalami penyegaran setiap kali tubuh diistirahatkan yang capek menjadi segar kembali dan yang usang diganti dengan sel baru. Di era modern sekarang ini, istirahat selama 24 jam sudah menjadi kesempatan langka. Jangankan hari kerja, akhir pekanpun masih bekerja. Di hari Nyepi tubuh disitirahatkan total selama 24 jam. Dengan Nyepi, umat Hindu dipaksa menahan nafsu kerjanya untuk beristirahat total selama 24 jam, tidak melakukan aktivitas pekerjaan, sekaligus menyegarkan sel tubuh kembali.

  1. Istirahatkan Otak

Bagian terpenting dari tubuh selain Jantung adalah Otak. Otak menjadi pusat kendali seluruh aktivitas tubuh manusia. Mengistirahatkan otak penting. Jika dihari biasanya tubuh beristirahat namun otak masih bekerja keras, di hari Nyepi otakpun diistirahatkan. Dengan melaksanakan amati karya yang khusuk, dilandasi oleh keingin untuk melaksanakan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi, otak akan mengalami penyegaran. Sehingga setelah Nyepi, otak dalam kondisi segar kembali dan siap memecahkan berbagai persoalan hidup.

  1. Mendekatkan hubungan keluarga

Sudah menjadi pemandangan umum, saat ini, bahwa mendapati seluruh anggota keluarga (ayah, ibu, anak-anak) berkumpul bersama adalah sesuatu yang mahal, karena dalam keseharian pasti selalu ada anggota keluarga yang tidak berada di rumah. Dengan Nyepi, seluruh anggota keluarga niscaya bisa berkumpul bersama selama 24 jam. Dan dengan amati karya, anggota keluarga bisa berkomunikasi sekaligus mendekatkan hubungan antara yang satu dengan lainnya. Nyepi bisa menjadi momentum untuk mendekatkan hubungan keluarga.

  1.  Istirahatkan Mesin dan Peralatan

Tidak hanya tubuh manusia yang butuh istirahat, mesin dan peralatan juga butuh istirahat. Jika di hari biasa selalu ada mesin yang tetap bekerja, dengan amati karya maka aktivitas pekerjaan tidak terjadi selama 24 jam penuh sehingga otmatis mesin dan peralatan juga istirahat total selama 24 jam. Ini bisa menghemat umur ekonomis (masa manfaat) mesin dan peralatan.

  1. Hemat BBM

Jarang ada orang bepergian tanpa kendaraan. Jangkan yang berjarak puluhan kilometeran, hanya pergi ke minimarket sebelah yang jaraknya kurang dari 1 kilometerpun naik sepeda motor. Dengan tidak bepergian selama 24 jam maka penggunanaan kendaraan menjadi tidak ada samasekali. Tahun 2012 misalnya, pelaksanaan Nyepi di bali telah menghemat 3,000,000 liter bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Bali. Hal ini mengacu pada rata-rata konsumsi BBM di Bali untuk premium 2,300,000 liter dan solar 700,000 liter. Tak hanya BBM, Pertamina juga menghentikan pasokan 80,000 liter avtur, karena aktivitas penerbangan di Bandara Ngurah Rai juga dihentikan saat Nyepi.

  1. Turunkan Polusi (Pencemaran)

Penggunaan kendaraan saat bepergian, disamping mengkonsumsi BBM juga mengakibatkan polusi udara akibat emisi gas buangan yang timbul dari pembakaran BBM. Dengan tidak bepergian selama 24 jam, polusi akibat emisi gas buangan juga bisa ditekan. Di tahun 2012 misalnya, sekitar 2,35 juta kendaraan tidak beroperasi di Bali (berdasarkan data kendaraan yang tercatat di Dishub Tahun 2010). Secara teori, jika satu liter BBM memproduksi 2,4 kilogram CO2 dan per hari rata-rata sepeda motor butuh empat liter dan mobil 10 liter, maka sekitar 28,000 ton CO2 tereduksi. Angka itu belum termasuk penghematan dari pesawat dan kapal laut. Jika ditotal-total diperkirakan sekitar 30,000 ton CO2 yang tereduksi dari pelaksanaan Nyepi di Bali. Itupun masih menggunakan data jumlah kendaraan per tahun 2010. Jika menggunakan data tahun 2012 tentu akan lebih besar lagi, apalagi untuk tahun 2013 ini. Belum lagi pencemaran suara, pastinya bisa ditekan sampai pada titik yang paling rendah.

  1. Turunkan Angka Kecelakaan

Salah satu pengaruh buruk dari aktivitas bepergian adalah kecelakaan lalulintas. Total kecelakaan lalu lintas di Bali dalam tahun 2011 saja mencapai 3003 kejadian, 601 meninggal, 1555 luka berat, 3278 luka ringan, dengan total kerugian material tak kurang dari Rp 4,911,005,000. Dengan tidak beroperasinya kendaraan selama Nyepi, tentu ada minimal 10 persitiwa kecelakaan lalulintas yang urung terjadi.

  1. Turunkan Konsumerisme

Sebagian dari apa yang kita konsumsi setiap hari berupa kebutuhan dasar yang nilainya masih dalam kisaran wajar. Namun sebagiannya lagi, justru dalam nilai yang paling tinggi, mungkin berupa kebutuhan-kebutuhan tresier untuk memenuhi kepuasan (aktualisasi) diri, yang bisa digolongkan sebagai hiburan. Pemenuhan kebutuhan yang terakhir ini yang membuat konsumerisme menjadi tinggai. Dengan menghentikan hiburan selama 24 jam, tentu akan menekan konsumerisme. Setidaknya itulah manfaat nyata pelaksanaan Hari Suci Nyepi jika dipandang dengan menggunakan kaca mata paling sekuler sekalipun. Sedangkan menggunakan kacamata sepritual, manfaat Nyepi tentu tidak bisa dihitung dengan angka-angka atau logika-logika pragmatis.

2.3. Aplikasi Ajaran Tri Hita Karana Dalam Perayaan Nyepi

Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali. Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan.

  1. Upacara Melasti

Sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan, umat Hindu di Bali akan melaksanakan upacara Melasti atau Melis atau Mekiyis yang bertujuan untuk menyucikan serta membersihkan Bhuana Alit (diri manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Upacara ini biasanya dilakukan dalam rentang waktu seminggu sebelum Nyepi dimana seluruh warga Desa atau Banjar akan membawa perlengkapan persembahyang di Pura ke tempat-tempat yang mengalirkan air seperti laut, danau, atau sungai yang dianggap suci. Dengan memercikkan tira (air suci) dari sumber-sumber air tersebut, diharapkan dapat membersihkan dan menyucikan diri manusia dan alam semesta.

  1. Upacara Bhuta Yadnya dan Pengerupukan

Sehari sebelum hari Raya Nyepi, dilaksanakanlah upacara Bhuta Yadnya yaitu upacara untuk mengusir roh-roh jahat atau Bhuta Kala. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding atau paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak atau tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat. Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai atau gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

  1. Nyepi

Nyepi dimulai pada pukul 6 pagi setelah malam Pengerupukan dan berlangsung hingga pukul 6 pagi keesokan harinya. Pada saat Nyepi ini, Bali akan menjadi sunyi. Tidak ada aktivitas, tidak ada kebisingan. Aktivitas yang ada mungkin hanya segelintir Pecalang (pengawas adat) yang berpatroli untuk mengawasi pelaksanaan Nyepi serta rumah sakit yang bagaimanapun juga harus tetap beroperasi. Pada malam hari, Bali akan gelap gulita karena tidak ada yang menyalakan listrik. Disinilah suasana damai dan tenang akan bisa dirasakan sepenuhnya. Bayangkan selama sehari penuh, Bali telah mengurangi angka polusi dan pencemaran lainnya.

  1. Upacara Ngembak Geni

Upacara Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi. Pada keesokan harinya masyarakat Bali melaksanakan Dharma Shanty, yaitu saling berkunjung dan maaf-memaafkan sehingga umat Hindu dapat memulai tahun baru Saka dengan hal positif.

Pelaksanaan hari raya Nyepi tidak saja hanya pengacu pada terlaksananya upacara atau ritual yang dilakukan seperti yang disebutkan di atas. Tapi yang terpenting dalam pelaksanaan hari Nyepi adalah terwujudnya ajaran Tri Hita Karana guna meningkatkan keharmonisan hidup. Adapun bagian dari Tri Hita Karana yaitu:

  1. Pariangan, hubungan yang harmonis antara manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa,
  2. Pawongan, hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, dan
  3. Palemahan, hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta.

Untuk terwujudnya ketiga hubungan yang harmonis itu maka yang menjadi pelakunya adalah manusia. Sehingga yang menjadi titik berat pelaksanaan Nyepi bukan pada upacara atau ritualnya saja tapi juga pada perilaku manusia itu sendiri. Maksudnya, seseorang yang menganggap dirinya berbakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa maka dia juga punya kewajiban untuk menyayangi seluruh ciptaan Nya termasuk manusia dan alam semesta. Jadi titik berat kehidupan itu ada pada kasih sayang atau cinta kasih. Cinta kasih akan menciptakan hubungan yang harmonis kepada siapapun termasuk kepada orang yang penah dibenci. Cinta kasih akan membuat manusia saling asih dan saling asuh sehingga segala tantangan hidup dan permasalahan global dizaman sekarang pasti akan dapat terselesaikan dengan cara seksama. Baik itu masalah dalam bidang sosial, ekonomi maupun politik seperti apa yang terjadi di Indonesia. Tentu saja cinta kasih telah diajarkan oleh semua agama termasuk agama Hindu. Tinggal bagaimana mengimplementasikan ajaran itu. Dalam kehidupan mengimplementasikan cinta kasih memang tak semudah membalik telapak tangan, apalagi dizaman kali yuga seperti sekarang ini dengan kehidupan sosial yang begitu keras. Tapi dengan introspeksi diri yang dilakukan pada hari Nyepi keyakinan akan pengamalan ajarana ahimsa (tanpa kekerasan) dan tat twam asi pasti akan dapat dilakukan. Cinta kasih juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan meskipun dengan penduduk Indonesia yang multikultural dengan budaya yang berbeda – beda. Sebab tanpa kebersamaan maka kesejahteraan itu tidak akan terwujud.

Rangkaian upacara Nyepi sejatinya telah dirancang oleh para leluhur kita untuk menyucikan seluruh isi jagat raya. Dimulai dengan melasti, dimana kita dapat menyucikan diri sendiri serta alam. Kemudian Bhuta Yadnya, dimana kita mengusir roh-roh jahat agar kedamaian alam semesta terpelihara. Lalu, Nyepi dimana seakan-akan alam diberikan waktu beristirahat sejenak. Bebas dari polusi, kegaduhan, serta eksploitasi selama sehari penuh. Kemudian diakhiri dengan Ngembak Geni yang bertujuan untuk mempererat hubungan antar manusia sehingga tercipta kedamaian. Nyepi memang merupakan sebuah perayaan, namun perayaan yang penuh kedamaian. Ditujukan tidak hanya untuk manusia, melainkan alam semesta.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hari raya Nyepi merupakan salah satu aksi nyata untuk penyelamatan alam, kebersihan udara, dan pengendalian pencemaran lingkungan. Karena rangkaian aktivitas selama Nyepi umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan aktivitas), Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang) sehingga masyarakat Bali menghentikan seluruh aktivitasnya dan memberi kesempatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi. Untuk itu konsep Nyepi diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara-negara di dunia dalam upaya penyelamatan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

 

http://balitour.net/id/view/nyepi-perayaan-tahun-baru-saka-untuk-alam-semesta/

http://hari-raya-nyepi-2013.blogspot.com/2013/03/pengertian-nyepi.html

http://stitidharma.org/makna-nyepi-dan-pengembangan-kebersamaan-umat/

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1151&Itemid=79

http://www.voaindonesia.com/content/bali-jadikan-nyepi-langkah-penyelamatan-lingkungan/1617582.html

Tinggalkan komentar