Om Svastyastu, Om Anobadrah Krtavo Yantu Visvatah — Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

Visnu Purana

BAB I

PENDAHULUAN

Purana menduduki posisi yang penting dan strategis dalam tata urutan Veda dan susastra Hindu. Sebagai dimaklumi bahwa Veda adalah sabda atau wahyu Tuhan Yang maha Esa merupakan sumber pertama ajaran agama Hindu. Veda tidak hanya termasuk kitab-kitab Catur Veda Samhita seperti Rgveda, Yajurveda, Samaveda dan Atharvaveda. Disamping kitab-kitab tersebut, yang termasuk wahyu Tuhan yang Maha Esa adalah juga kitab-kitab Brahmana, Aranyaka dan Upanisad yang tidak seluruhnya lengkap terwarisi umat Hindu. Banyak kitab-kitab Aranyaka, Brahmana dan Upanisad yang karena disusun dalam kurun waktu yang lama tidak terwarisi lagi. Disamping kitab Veda atau Sruti tersebut di atas, masih terdapat lagi sumber ajaran agama Hindu yaitu kitab-kitab Itihasa, Purana, Dharmasastra dan Darsana. Kitab Itihasa dan Purana dapat digolongkan sebagai gudang pengetahuan agama yang sangat besar. Kitab-kitab tersebut disusun oleh rsi yang dimaksudkan untuk menjabarkan ajaran suci Veda yang demikian luas, penuh kandungan spiritual, filosofis, moralitas, edukatif dan lain-lain.

Pura berasa dari dua kata pura dan ana sehingga menjadi kata purana. Pura berarti kuno atau jaman kuno, sedangkan ana berarti mengatakan. Purana dapat diartikan sebagai sejarah kuno yang isinya menceritakan tentang dewa-dewa, raja-raja, rsi-rsi kuno. Purana juga dapat diartikan sebagai cerita kuno, penceritaan sejarah dan koleksi cerita. Seperti dinyatakan di atas, kitab-kitab Purana merupakan penjabaran dari ajaran suci Veda, karena itu kedudukan Veda sebagai sumber pertama ajaran Hindu sedangkan Veda selalu menjadi rujukan bagi kitab-kitab Purana, walaupun cerita-cerita yang dikandung di dalam kitab-kitab Purana sudah ada ketika sabda suci Veda ditulis drngan huruf Devanegari oelh para maharsi di masa yang silam. Demikian pula seperti halnya hubungan kitab-kitab Purana dengan kitab suci Veda, maka kitab-kitab Purana juga berkaitan dengan susastra Hindu lainnya seperti kitab-kitab Dharmasstra, Manavadharmasastra, juga kitab-kitab Darsana karena dalam kitab-kitab Purana juga dijumpai ajaran filsafat Samkhya dan sistem filsafat Hindu lainnya. Purana juga disebut sebagai salah satu sumber hukum Hindu, karena kitab-kitab ini juga merupakan satu rujukan yang amat penting dalam menegakkan hukum Hindu. Kitab-kitab purana disusun atau diceritakan kembali oleh Suta di masa yang silam praktis merupakan rujukan yang sangat penting dan memiliki peranan yang sangat penting bagi peminat susastra Hindu.

Isi dari kitab-kitab Purana pada umumnya meliputi lima hal yang disebut Pancalaksana yaitu Sarga (penciptaan alam semesta beserta isinya), Pratisarga (penciptaan kembali alam semesta beserta segala isinya), Manavantara (masa dan perubahan Manu, manusia pertama yang turun menjelma dari masa ke masa), Vamsa (sejarah raja-raja yang berkuasa dari masa ke masa) dan Vamsanucaritam (uraian lengkap cerita raja-raja dimasa silam dan yang akan memerintah nanti).

Dalam kitab-kitab Purana juga diuraiakn pokok ajaran agama Hindu pada umumnya dan kadang-kadang diuraikan sangat mendetail tentang Sraddha, pokok-pokok keyakinan agama Hindu yang terdiri dari Brahman (Brahmavidya), Atman (Atmavidya), Karmaphala, Samsara/Punarjanma dan Mokasa. Juga diuraikan ajaran tentang tata susila atau etika yang membahas dasar-dasar etika dan moralitas, Catur Purusartha (empat tujuan hidup manusia), Caturvarna (empat profesi manusia sesuai bakat dan pekerjaan). Dijelaskan pula acara agama Hindu yang membahas tentang Sadacara, tempat suci (tempat pemujaan/patirthan), upacara Pancayajna, Tirthayatra, hari-hari raya/hari suci, uraian yang lebih mendalam tentang Sivarartri, Sarasvati dan lain-lain. Diharapkan dengan kajian ini umat Hindu pada umumnya dan para sarjana Hindu atau peminat lainnya lebih tertarik untuk merujuk utama berupa Veda, wahyu Tuhan Yang Maha Esa.

BAB II

PEMBAHASAN

Seperti yang telah dijelaskan di pendahuluan, terdapat pokok-pokok ajaran yang terdapat dalam Purana yaitu Panca Sraddha, Tata Susila (etika) dan Acara Agama. Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai pokok-pokok ajaran Tata Susila (etika) dan Acara Agama yang terdapat dalam Visnu Purana.

  1. Tata Susila (etika)
  2. Dasar Etika dan Moralitas

Dasar etika dan moralitas Hindu adalah keyakinan yang mendalam terhadap kelahiran kembali atau perpindahan roh yang merupakan rangkaian dari ajaran karma, yang menurut ajaran ini setiap perbuatan baik atau buruk akan memperoleh pahala, tidak hanya surge tetapi juga neraka.

“Dalam Visnu Purana dikisahkan seorang Raja Bharata penganut Visnu yang sangat setia dan saleh. Pada suatu hari ia mandi di sungai, ketika ia sedang mandi ada seekor kijang yang sedang hamil dating dari hutan belantara pada saat yang sama raungan lantang seekor singa terdengar menggelegar di tempat itu sehingga membuat kijang ketakutan dan meloncat sangat kuat akibatnya bayi yang dikandungnya lahir dan ia sendiri mati. Bharata mengambil anak kijang itu dan membesarkannya ditempat pertapaan. Semenjak memelihara anak kijang itu perhatiannya hanya kepadanya, satu-satunya yang dipikirkan adalah anak kijang itu dan tidak perduli terhadap orang lain. Ketika akhirnya sang Barata meninggal dunia, karena selalu memikirkan anak kijang ia pun terlahir kembali berwujud seekor kijang. Didalam kehidupannya sebagai menjangan dia juga tetap menyembah Sang Hyang Visnu dan mengabdikan dirinya dengan latihan-latihan spiritual dan melakukan pertobatan. Hingga pada kelahiran berikutnya, ia terlahir kembali sebagai seorang putra brahmana yang saleh”.

Demikian ajaran moralitas yang bersumber pada ajaran agama, keyakinan tentang karmaphala, baik dan buruk, dan usaha dalam membebaskan diri dari ikatan kelahiran kembali merupakan landasan etika dan moralitas Hindu.

  1. Catur Purusartha

Dalam kitab-kitab Purana juga dibahas mengenai 4 tujuan hidup manusia yang disebut Catur Purusa Arha terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksha. Dharma sebagai dasar yang kuat dalam ajaran Agama Hindu diulas dalam kitab-kitab Purana. Semua perbuatan baik atau buruk menghasilkan pahala baik dan buruk pula. Semua perbuatan tetunya harus didasarkan pada Dharma itu sendiri agar mendapat pahala yang baik pula, karena di dalam kitab-kitab Purana banyak diuraikan tentang jenis dosa dan hukumannya yang mengerikan. Dalam Visnu Purana tidak ada menjelaskan tentang artha dan kama. Moksa sebagai tujuan terakhir dari Umat Hindu khususnya, sebagai bentuk penyatuan atman dengan paramatman atau Brahman.moksa adalah pembebasan untuk mencapai kebahagiaan sejati atau satcitananda. Ada dua jalan menuju pembebasan ini yaitu melaui yoga atau pertaaan sempurna dan melalui jalan bhakti atau cinta kasih yang murni. Dalam Visnu Purana banyak menguraiakan tentang ajran yoga tersebut. “Kekuatan apapun yang aku miliki ayah, adalah bukan hasil dari ritus-ritus gaib, bukan pula bisa dipisahkan dari sifat-sifatku, ia tidak lebih dari kekuatan yang dimiliki oleh semua yang dalam hatinya bertempat Acyuta (nama lain dari Sang Hyang Visnu). Dia yang bermeditasi, tidak berbuat salah terhdap orang-orang lain, tetapi menganggap mereka sebagai dirinya, bebas dari segala pahala dosa, yang menimbulkan kepedihan kepada orang-orang lain, dengan perbuatan, pikiran, atau ucapan, menaburkan benih kebajikan pada kelahiran yang akan datang, dan buahnya yang dinantikan adalah kebahagiaan”.

  1. Catur Varna

Seperti halnya Purusa Sukta Rgveda yang menyatakan bahwa Tuhan yang Maha Esa yang menciptakan anatomi masyarakat profesi yang dikenal dengan Catur Varna, maka dalam kitab Visnu Purana juga dijelaskan mengenai hal tersebut. Dalam Visnu Purana menjelaskan tentang Catur Warna yang diciptaka pleh Brahma yaitu Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra serta menyerahkan tugas, kewajiban dan prosedur hukum kepadanya. Dalam visnu Purana dijelaskan bahwa Brahma telah siap sedia melaksanakan ciptaan, mengkonsentrasikan pikiran kepada Paramatma. Pertama yang lahir dari wajahnya adalah manusia dengan kelebihan pada keluhuran budi pekertinya, kemudian diberi nama Brahmana. Selanjutnya muncul dari dadanya manusia yang memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam kepahlawanan dan militansi dan diberi nama Ksatrya oleh Brahma. Kemudian dari pahanya lahir manusia dengan sifat rajas dan tamas nya sama-sama dominan, kemudian diberi nama Vaisya dan akhirnya dari kaki Brahma muncul manusia dengan sifat-sifat tamas dan kepadanya diberi nama Sudra. Demikianlah keepat profesi tersebut sudah memiliki tugas dan kewjiban masing-masing, yaitu Brahmana sebagai pemimpin upacara yadnya, mempelajari kitab suci dan menyebarkan ajarannya, Ksatrya sebagai pembela negara, berada di garda depanketika terjadi peperangan, Vaisya sebagai pedagang, dan Sudra yangbertugas melayani ketiga golongan tersebut.

  1. Catur Asrama

Dalam Visnu Purana juga dijelaskan tentang empat tingkatan kehidupa, yang pertama adalah Brahmacarya (masa belajar). Setelah seseorang telah ditasbihkan dengan benang suci maka ia hrus dkirim ke pertapaan guru dan mempelajari Veda. Setiap pagi dan sore melakukan pemujaan terhadap Surya dan Agni dan kepada gurunya. Tidak menentang guru dan mengikuti nasehatnya. Setiap pagi membawakan air dan bunga untuk gurunya. Diakhir masa belajarnya murid harus membayar daksina (balas jasa) kepada gurunya lalu meminta ijin untuk menempuh hidup baru (grhasta). Grhasta adalah waktu untuk menikah dan memilih hidup yang layak. Mereka harus melayani dewa dengan melakukan upacara persembahan, melayani tamu dengan hidangan, para rsi dengan mempelajari Veda, Brahma melalui keturunan dan melayani seluruh dunia dengan kejujuran. Setelah seseorang hidup dalam masa grhasta, maka ia bisa melanjutkan pada tingkat selanjutnya yaitu tahap tinggal di hutan sebagai seorang Vanaprastha. Pergi membawa istrinya atau meninggalkannya pada pengawasan keturunannya. Ia hidup dengan memakan buah-buahan, umbi-umbian, serta dedaunan. Tidur di tanah beralaskan tikar tanpa memotong rambut, jenggot dan kuku. Hanya memuja dewa dan melakukan perenungan. Tahap yang terakhir adalah Sannyasa. Seseorang yang memasuki tahap ini apabila telah mampu melepaskan diri dari ikatan anak, istri dan harta. Tinggal sendirian dan melakukan yoga dan tidak boleh tinggal didesa dan dikota lebih dari 1 hari. Hidup dengan meminta sedekah makanan ke sebuah rumah asalkan ia tahu bahwa seisi rumah telah makan.

  1. Acara Agama
  2. Sadacara

Sadacara berarti tradisi yang baik dan benar yang telah diterima secara turun temurun. Sadacra ini merupakan penjabaran atau bentuk praktis pengamalan ajaran suci Weda. Dalam Visnu Purana diceritakan seorang pertapa bernama Aurva menasehati Raja Sagara tentang pedoman-pedoman yang baik yang patutu diikuti oleh orang-orang yang berbudaya. Kode etik berperilaku baik yang merupakan nasehat petapa Aurva tersebut adalah sebagai berikut

“setiap orang hendaknya bangun pagi pada saat Brahmamuhurta (dua jam sebelum fajar). Setelah bangun pagi hendaknya pergi ke arah barat daya desa atau halaman rumah dalam jarak satu lepasan panah untuk buang air besar dan kecil, jangan menuangkan air untuk mencuci muka dan kaki di lapangan terbuka, jangan buang air kecil pada bayangan sendiri atau pada bayangan pohon kayu atau menghadap sapi, matahari, api, aingin, guru dan pandita. Tidak akan berbahaya bilamana seorang yang bijaksana buang air kecil menghadap ke utara pada siang hari dan keselatan pada malam hari. Pada saat buang air besar hendaknya tanah tempat kotoran tersebut ditutup dengan rumpat dan kepala ditutup dengan kain. Tidak dibenarkan pada saat buang air besar bermalas-malasan dan bercakap-cakap. Perilaku mensucikan diri dan membersihkan mulut ketika selesai makan. Tanah digunakan untuk membersihkan diri. Membersihkan kelamin 1 kali, membersihkan anus 3 kali, tangan kiri 10 kali dan kedua tangan 7 kali. Setelah itu gunakan air yang jernih (tanpa lumpur, sabun atau bau busuk) dan kumurlah mulut. Ambil air dengan telapak tangan cucilah lubang-lubang pada wajah seperti kedua mata, bersihkan kepala, kedua lengan, pusar dan dada. Kemudian mandi setelah itu bercermin dan mengikat rambut pada kepala torehkan hiasan pada mata dan gunakan bunga. Mandi hendaknya disungai, danau, atau di Thirta (pemandian suci). Setelah mandi kenakan pakaian yang bersih kemudian ambil dengan tangan persembahkan sebagai persebahan air suci kepada para dewata, rsi-rsi dan leluhur. Percikan 3 kali untuk memperoleh rahmat. Setelah hal tersebut dilakukan sebagai persembahan yang wajib, kebaktian dipersembahkan kepada Dewi. Selanjutnya mengundang tamu kerumah dan ucapkan selamat datang kepadanya”.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Purana merupakan salah satu kitab suci Agama Hindu yang berisikan sejarah dan cerita tentang kejadian-kejadian masa lalu, kehidupan para rsi, para dewata, awal mulanya terjadi alam semesta, manusia dankehidupan di dunia. Dalam kitab-kitab Purana dijelaskan tentang Tri Guna Purusa Avatara yakni Brahma, Visnu dan Siwa yang merupakan manifestasi utama dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki fungsi yang penting dalam proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan alam semesta beserta isinya, serta dijelaskan pula tentang atribut yang digunakan, wahana yang dikendarai, awal munculnya dewa-dewa tersebut, dan lain-lain. Dalam Visnu Purana khususnya diuraikan pokok-pokok ajaran Agama Hindu diantaranya ajaran tentang tata susila yakni dasar-dasar etika dan moralitas, Catur Purusa Artha dan Catur Warna, kemudian dijelaska pula tentang Acara Agama yakni Sadacara, tempat-tempat suci, upacara Panca Yadnya, hari-hari Suci.

DAFTAR PUSTAKA

Oka Sanjaya, Gede. 2001. Visnu Purana. Surabaya : Paramita

Titib, I Made. 2004. Purana Sumber Ajaran Hindu Komprehensip. Surabaya : Paramita

Tinggalkan komentar